“Santa
claus melintas di atas masjid rinjani”
Word: bilal
revolusi.
25 desember 2012. Malam natal
yang kudus.
Saat menulis
tulisan ini, saya sedang bête untuk keluar. Seenggaknya buat liat warna-warni
malam yang terhiasakan layaknya pecahan kaca yang berkilauaan dengan semburan
warnanya yang mengagumkan. Suara dentuman petasan di lagit seperti bigbang,
seperti rentetan senjata yang menyala di pekatnya malam, seperti obor, seperti bunga api, seperti hujan yang
berwarna-warni, seperti, seperti, seperti dan seperti yang tak bisa saya katakan
dengan perumpamaan yang lain. Dalam hati kecil saya terbersit: berapa banyak
uang yang di keluarkan untuk semua kelap-kelip malam kudus ini, malam yang
konon seorang anak manusia bernama yesus lahir?. Bayangkan kalau uang yang
di keluarkan untuk malam natal ini di sumbangkan bagi anak-anak gelandangan,
atau di sumbangkan untuk membeli pesawat yang harganya 4 milyar, saya rasa bisa
untuk membelinya. Ah lagiaan ngapain juga memikirkan orang yang beragama lain,
toh bagi pengikut yesus, nggak ada untungnya
saya memberi ide. Tapi saya mempercayai ajaran tauhid nabi Isa, yang lahirnya
di Nazaret ( Mrk 1:9 ), keturunan bangsa yahudi, yang menjadi seorang yang
berprofesi sebagai tukang kayu (bdk. Mrk 6:3) yang kematiannya di tunda hingga
akhir zaman terjadi [Surah al-Nisa' (4: 157).] dan muncul sosok almahdi yang
mejadi imam untuk sebuah perang akbar yang akan terjadi, perang yang memanaskan
suhu bumi, perang yang tetesan darah mengalir dari dalam tubuh, perang yang
kala itu tak ada tangis kepergian sanak keluarga-yang ada hanyalah rasa bangga
dan bersyukur karena sanak keluarganya telah mati di hunis pedang dan dengan
indahnya menjemput sesuatu yang dicari-cari setiap manusia; syahid. Saya tidak
mempercayaai yesus melaikan saya mempercayai manusia biasa bernama Isa putra
maryam [yang disebutkan dalam al Qur’an berualang-ulang kali]. dan bila ingin
saya ingin-mengin-nginkan?....
Impian bila bisa di kabulkan.
Dan andaikan
saya di beri kesempatan untuk meminta di kabulkan permintaan pada seorang makhluk
semacam santa di malam natal. Saya pengen liat santa claus melintas di atas
masjid rinjani sambil mengucapkan salam buat saya: assalammualaikum. Tapi nampaknya
sangat sulut di lakukan santa. Karna santa hanya bisa memberi kado berupa
barang, bukan berupa do’a untuk mengahiri perang, menghentikan penembakan di Virginiatek
[amerika ], mengabulkan do’a seorang jompo yang ingin lekas mati dan masuk
surga, dan do’a-do’a yang lain.
Santa claus
tertalu matrealisme dalam mewujudkan permitaan materi yang di minta anak-anak
manusia. Saya nggak tahu apa yang akan di katakan magandi terhadap apa yang
saya pintakan, atau bila bob marly masih hidup, ia akan menggeleng-gelengkan kepalanya
melihat permintaan saya. Dan yang lebih ekstrim lagi, martin luter king junior
akan terbahak-bahak melihat saya. Karena mereka nggak pernah berharap pada
santa claus! Mereka membuat sejarah lewat tangan mereka. Meramunya dan menempanya
dengan bara yang mendidih, sehingga jadilah sebuah sejarah.
Yah,
seenggaknyalah apa yang teramaikan dimalam yang kudus ini, menjadi malam yang
indah buat kita, karena setiap malam adalah malam yang indah.
Thanks
buat lampu langitnya.
25
desember 2012,
PUKUL;
12: 37 dini hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar