Senin, 03 Desember 2012

Master drinking


“Master drinking”
Word: bilal revolusi.
Teman saya pernah mengeluhkan tentang kampong kami, tentang kondisi kampong yang tidak mau terlepas dari belenggu kebodohan dan zaliman saat banyak manusia yang bergerak menuju pusat perubahan, orang-orang di kampong kami malah memilih untuk tetap berdiri pada sisi yang tetap saja, tanpa mau bergerak walau selangkah. Mabuk masih menjadi pemandangan sehari-hari, dan yang melakukan kebiasaan ini adalah mereka-mereka yang sudah berada di ambang garis finis dari kehidupan dunia, mereka sudah memiliki keluarga dan anak perempuan/laki-laki yang telah besar-besar, yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Kasihan juga bila para anak-anak mereka yang telah dewasan itu, mempertanyakan sifat negative yang masih jua tak hilang dari diri orang tua- orang tua mereka. Ada yang lebih tragis, seorang di antara kami, yang umurnya hanya terpaut beberapa tahun di atas kami, terjangkit untuk menghamba pada tuhan berbentuk botol. Ia sering pulang dalam keadaan mabuk dan tak tahu diri, semua yang ada di pikirannya ia kelurkan, makian, celaan, umpatan dan hal-hal yang nggak jelas di katakannya. Ia seperti anak kecil yang baru belajar berbicara, ia mengomel nggak jelas sesukanya. Suatu hari ia bangun pagi dari tudurnya dalam keadaan mabuk semalam, ia di marahi oleh bapaknya yang pemabuk itu, apa yang ia beri jawaban pada bapaknya:
“bagaimana saya nggak mabuk, la wong bapak saja belum bisa lepas dari alcohol kok! Mana bisa menceramahi saya yang anaknya ini?... “
Yah, memang orang tua terkadang menginginkan anaknya untuk menjadi baik, senggaknya bila bapaknya pemabuk ulung, anaknya nggak usah lah. Tapi, ceritanya lain, anak muda ini telah tergoncang atas tingkah bapaknya yang pemabuk, dan ia pun seolah mencari pembenaran atas tingkah bapaknya yang menyumpang itu. Ia beranggapan bahwa bapaknya tak usah menceramahi bilamana bapaknya sendiri masih mabuk. Maka pembenaran yang negative pun di jadikan pedoman.
 ***
Pada fase yan lain. Bisa saja si bapak pada masa dulunya di usia yang sama dengan anaknya sekaranga, mengalami hal senada. Membenturkan pertanyaan pembenaran atas pola orang tuanya di masa lalu, lantas memvisulisasikannya pada apa yang sering di sogestikannya setiaphari, di praktekkan oleh orang tuanya setiap saat, di agungkan dan di sucikan oleh orang tuanya pada sebotol munuman beralkohol tinggi, maka si bapak yang di usia muda ini mengadopsikannya, mempaktekkanya, memvisulkanya, mencontohkanya, dan jadilah ia sebagai seorang pemabuk ulung.
Sekarang, hal yang sama di contohkan si bapak pada anak muda yang berpaut beberapa tahun di atas saya ini. Ia telah mencoba menyelami lautan alcohol berkadar tinggi… menyusuri tepian dunia baru yang hendak di laluinya. Pertanyaan sederhana pun muncul, apakah ia akan sama dengan bapaknya, yang mengabadikan dirinya menghamba pada botol secara khafa, ataukan ia akan membawa mati tindakan mabuk dengan mencempakanya terlebih duluh, sebelum hembusan nafas terakhirnya terhenti?...
 @salam bilal revolusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar