“Master drinking”
Word: bilal revolusi.
Teman saya
pernah mengeluhkan tentang kampong kami, tentang kondisi kampong yang tidak mau
terlepas dari belenggu kebodohan dan zaliman saat banyak manusia yang bergerak
menuju pusat perubahan, orang-orang di kampong kami malah memilih untuk tetap
berdiri pada sisi yang tetap saja, tanpa mau bergerak walau selangkah. Mabuk
masih menjadi pemandangan sehari-hari, dan yang melakukan kebiasaan ini adalah
mereka-mereka yang sudah berada di ambang garis finis dari kehidupan dunia,
mereka sudah memiliki keluarga dan anak perempuan/laki-laki yang telah
besar-besar, yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Kasihan
juga bila para anak-anak mereka yang telah dewasan itu, mempertanyakan sifat
negative yang masih jua tak hilang dari diri orang tua- orang tua mereka. Ada
yang lebih tragis, seorang di antara kami, yang umurnya hanya terpaut beberapa
tahun di atas kami, terjangkit untuk menghamba pada tuhan berbentuk botol. Ia
sering pulang dalam keadaan mabuk dan tak tahu diri, semua yang ada di
pikirannya ia kelurkan, makian, celaan, umpatan dan hal-hal yang nggak jelas di
katakannya. Ia seperti anak kecil yang baru belajar berbicara, ia mengomel
nggak jelas sesukanya. Suatu hari ia bangun pagi dari tudurnya dalam keadaan mabuk
semalam, ia di marahi oleh bapaknya yang pemabuk itu, apa yang ia beri jawaban
pada bapaknya:
“bagaimana saya
nggak mabuk, la wong bapak saja belum bisa lepas dari alcohol kok! Mana bisa menceramahi
saya yang anaknya ini?... “
Yah, memang orang
tua terkadang menginginkan anaknya untuk menjadi baik, senggaknya bila bapaknya
pemabuk ulung, anaknya nggak usah lah. Tapi, ceritanya lain, anak muda ini
telah tergoncang atas tingkah bapaknya yang pemabuk, dan ia pun seolah mencari
pembenaran atas tingkah bapaknya yang menyumpang itu. Ia beranggapan bahwa
bapaknya tak usah menceramahi bilamana bapaknya sendiri masih mabuk. Maka
pembenaran yang negative pun di jadikan pedoman.
***
Pada fase yan
lain. Bisa saja si bapak pada masa dulunya di usia yang sama dengan anaknya
sekaranga, mengalami hal senada. Membenturkan pertanyaan pembenaran atas pola
orang tuanya di masa lalu, lantas memvisulisasikannya pada apa yang sering di
sogestikannya setiaphari, di praktekkan oleh orang tuanya setiap saat, di agungkan
dan di sucikan oleh orang tuanya pada sebotol munuman beralkohol tinggi, maka si
bapak yang di usia muda ini mengadopsikannya, mempaktekkanya, memvisulkanya,
mencontohkanya, dan jadilah ia sebagai seorang pemabuk ulung.
Sekarang, hal
yang sama di contohkan si bapak pada anak muda yang berpaut beberapa tahun di
atas saya ini. Ia telah mencoba menyelami lautan alcohol berkadar tinggi…
menyusuri tepian dunia baru yang hendak di laluinya. Pertanyaan sederhana pun
muncul, apakah ia akan sama dengan bapaknya, yang mengabadikan dirinya
menghamba pada botol secara khafa, ataukan ia akan membawa mati tindakan mabuk
dengan mencempakanya terlebih duluh, sebelum hembusan nafas terakhirnya
terhenti?...
@salam bilal revolusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar